VISI & MISI

Visi dari situs ini adalah PENYELAMAT BUMI dan SEISINYA dengan cara menyebar luaskan paham pemurnian ketauhidan. Pada jaman modern telah banyak berubah menjadi paham paham yang aneh, salah satunya adalah orang masih memuja Gunung, Patung, Tombak, Keris dsb. Pelajaran terdahulu menjadi inspirasi dari situs ini, berupa pelajaran dari nabi ibrahiim yang mencari tuhan dan akhirnya menemukan tuhan, setelah itu melakukan ‘perlawanan’ terhadap simbol simbol tuhan yang dirupakan dalam patung. Dengan perlawanan ini, nabi ibrahiim dimusuhi ayahnya, raja dan rakyatnya

Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar  dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali  kepadanya. (al-ambiya:58)

Akibat dari perbuatan itu, n. Ibrahiim di bakar hidup2x oleh kaumnya, dan Allah swt menyelamatkan n. Ibrahiim, sehingga api yang membakar menjadi dingin “Kami berfirman:  “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”, mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.(al-ambiya:69-70)

Pelajaran terdahulu dapat berulang, walaupun dalam skala mikro sebagai inspirasi dari n.Ibrahiim, dimana tidak harus menjadi Nabi untuk menjadi penyeru agama tauhid. Sebuah Kisah pembawa peringatan gempa yogya 27-mei-2006 lalu, dimana sebelum terjadinya, sosok yang memohon pada Allah swt tetapi juga memakai menyan, umba rampe dsb, yaitu mbah marijan menjadi lakon pada masa itu.

Sekelompok orang yang peduli dengan ketauhidan (baca situs ), melakukan aksi kontra terhadap kultus yang berlebihan kepada sosok mbah marijan dengan cara menyebarkan brosur waspada gempa sebelum terjadinya, yang berisi gempa bumi akan terjadi akibat sikap dan tingkah sosok mbah marijan yang berlebihan, hingga akhrinya gempa bumi itu benar terjadi.————————————–

Namun pelajaran tentang arti ketauhidan di pelintir oleh sebagian besar kalangan akan sosok unggul dari mbah marijan, bahkan sampai sekarang peng-agungan sosok tersebut tetap terjadi.  Empat (4) tahun  berselang gempa bumi yogya, maka mbah marijan selaku tokoh sentral, akhirnya menjadi korban keganasan awan panas merapi (baca Kejadian Aneh-Aneh Sebelum Mbah Marijan Meninggal)

(gambar diambil dari internet)

Juru kunci gunung Merapi, Mbah Maridjan (tengah), memimpin perjalanan upacara labuhan Merapi, di jalur pendakian Dusun Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Agustus 2008. Labuhan Gunung Merapi merupakan rangkaian upacara yang dilaksanakan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam rangka peringatan jumenengan Ndalem Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang diselenggarakan setiap tanggal 30 bulan Rejeb penanggalan Jawa. [TEMPO/ Puspa Perwitasari; merapi4rn

Sebuah ilustrasi akan kesabaran yang berbuahkan hasil sebagai bukti bahwa “Allah swt akan menolong orang orang yang peduli dengan arti ketauhidan”,

• Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal  telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (Al-an’aam:6)

Saksi-saksi bisu kehancuran dusun dapat disaksikan sebagai bagian inspirasi bahwa “Allah swt tidak layak dipersekutukan dengan roh, penunggu merapi” (gambar diambil dari internet)

Patung-patung modern juga bertebaran dimana2x dengan berbagai macam atributnya, hingga sebuah pelajaran lain berulang sebagai bentuk peng-agungan yang berlebihan terhadap sosok patung (baca Topan Dahsyat Haiyan, Tuhan Lebih Peduli Pada Patung ?) Kesemua itu adalah bentuk bentuk yang menunjukkan bahwa, Inilah Bukti Kiamat Sudah Dekat yang memang telah terbukti, dan situs ini adalah salah satu upaya untuk menyelamatkan bumi dan seluruh isinya dari kemurkaan yang disebabkan manusia itu sendiri.

• “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (Q.S. Ar Rum (30) : 41-42)