Ajaib, Misteri Candi Borobudur Tercatat di Al-quran


candi_borobudur_99_77Pasti semua orang indonesia, bahkan dunia akan mengenal candi borobudur sebagai warisan budaya, dibalik kemegahan bangunan candi borobudur, maka sebuah memori akan borobudur senantiasa menyertai. Jika anda dan keluarga mengunjungi candi borobudur, maka jangan lupakan hal ini yaitu BOROBUDUR & MAGELANG,seperti di gambar bawah ini (baca Ajaib, Benarkah Candi Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman ?)

play_vidio_youtubeLihat Vidio Misteri Ilahi Candi Borobudur Klik Gambar Diatas

Jika A=1, B=2 … BOROBUDURMAGELANG=176, Makna 176 pada Candi Borobudur adalah pecahan dari 99 dan 77, mengacu pada sebuah 99 yang hanya di miliki oleh sebuah surah di al-quran yakni, Perhatikan Surat Al-Hijr, mengutip wikipedia, Surah Al-Hijr : Surah Al-Hijr (bahasa Arab:الحجر, al-Hijr, “Al-Hijr”) adalah surah ke-15 dalam al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 99 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Al-Hijr adalah nama sebuah daerah pegunungan yang didiami oleh kaum Tsamud pada zaman dahulu yang terletak di pinggir jalan antara Madinah dan Syam (Syria). play_vidio_youtubeNama surah ini diambil dari nama daerah pegunungan itu, berhubung nasib penduduknya yaitu kaum Tsamud diceritakan pada ayat 80 sampai dengan 84, mereka telah dimusnahkan Allah, karena mendustakan Nabi Shaleh dan berpaling dari ayat-ayat Allah. Dalam surah ini terdapat juga kisah-kisah kaum yang lain yang telah dibinasakan oleh Allah seperti kaum Luth dan kaum Syu’aib . Surah ini juga mengandung pesan bahwa orang-orang yang menentang ajaran rasul-rasul akan mengalami kehancuran.

Bandingkan dengan Borobudur, mengutip wikipedia, Borobudur : Borobudur terletak di atas bukit pada dataran yang dikeliling dua pasang gunung kembar; Gunung Sundoro-Sumbing di sebelah barat laut dan Merbabu-Merapi di sebelah timur laut, di sebelah utaranya terdapat bukit Tidar, lebih dekat di sebelah selatan terdapat jajaran perbukitan Menoreh,

candi_borobudur_22_44Sebuah surah Al-qur’an al-hijir ayat 77: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman. (QS 15 ayat 77), Berkaca pada ayat sebelumnya: 76. Dan sungguh, negeri itu * benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia)**

*Yang dimaksud negeri di sini adalah kota Sadom yang terletak dekat pantai laut Tengah, ** Yakni dilalui orang-orang Quraisy ketika pergi menuju Syam yang belum hilang bekas-bekasnya. Oleh karena itu, mengapa mereka tidak mengambil pelajaran.

77. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang yang beriman


Hal yang mirip ketika candi borobudur yang sampai saat ini masih ada membentuk 99 dan 77 sebagai hal yang mengingatkan akan kebesaran & kebenaran Allah swt, perhatikan gambar diatas, Sebuah kisah terdahulu yang terungkap pada Candi Borobudur yang selalu disebut-sebut oleh banyak orang, sebagai kode kembar yang aneh, sesuai gambar diatas, adalah CANDI=22 dan BOROBUDUR=44.

Dan penduduk Madyan. Dan Musa (juga) telah didustakan*, namun Aku beri tenggang waktu kepada orang-orang kafir**, kemudian Aku siksa mereka, maka betapa hebatnya siksaan Ku ***(QS 22 ayat 44)
* Oleh orang-orang Qibthi (Mesir). ** Sehingga mereka semakin melampaui batas, dan semakin bertambah kekafiran dan keburukannya.*** Dapat pula diartikan, “Maka betapa hebatnya pengingkaran-Ku terhadap kekafiran dan pendustaan mereka dengan membinasakan mereka.” Di antara mereka ada yang ditimpa hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang dibenamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang ditenggelamkan. Allah sekali-kali tidaklah menzalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri. Oleh karena itu, mereka yang mendustakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendaknya mengambil pelajaran dari azab yang menimpa generasi sebelum mereka

Mengutip wikipedia, penduduk Madyan, Syu’aib : Syu’aib (bahasa Arab: شعيب; Shuʕayb, Shuʕaib, Shuaib) (sekitar 1600 SM – 1500 SM) adalah seorang nabi yang diutus kepada kaum Madyan dan Aikah menurut tradisi Islam. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1550 SM. Namanya disebutkan sebanyak 11 kali di dalam Al-Qur’an dan ia wafat di Madyan. Syu’aib secara harafiah artinya “Yang Menunjukkan Jalan Kebenaran”. Karena menurut kisah Islam, Syu’aib telah berusaha untuk menujukkan jalan yang lurus kepada umatnya yaitu penduduk Madyan dan Aykah.

Kaum Madyan

Umat muslim meyakini bahwa Syu’aib ditetapkan oleh Allah untuk menjadi seorang nabi yang tinggal di timur Gunung Sinai kepada kaum Madyan dan Aykah. Yaitu kaum yang tinggal di pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai. Masyarakat tersebut disebut karena terkenal perbuatan buruknya yang tidak jujur dalam timbangan dan ukuran juga dikenal sebagai kaum kafir yang tidak mengenal Tuhan. Mereka menyembah berhala bernama al-Aykah, yaitu sebidang tanah gurun yang ditumbuhi pepohonan atau pepohonan yang lebat.

Syu’aib memperingatkan perbuatan mereka yang jauh dari ajaran agama, namun kaumnya tidak menghiraukannya. Syu’aib menceritakan pada kaumnya kisah-kisah utusan-utusan Allah terdahulu yaitu kaum Nuh, Hud, Shaleh, dan Luth yang paling dekat dengan Madyan yang telah dibinasakan Allah karena enggan mengikuti ajaran nabi. Namun, mereka tetap enggan, akhirnya Allah menghancurkan kaum Madyan dengan bencana melalui doa Syu’aib.
Dakwah

Ketika berdakwah bagi kaum Madyan, Nabi Syu’aib menerima ejekan masyarakat yang tidak mau menerima ajarannya karena mereka enggan meninggalkan sesembahan yang diwariskan dari nenek moyang kepada mereka. Namun, Syu’aib tetap sabar dan lapang dada menerima cobaan tersebut. Ia tidak pernah membalas ejekan mereka dan tetap berdakwah. Bahkan, dakwahnya semakin menggugah hati dan akal. Dalam berdakwah kadang ia memberitahukan bahwa dia sebenarnya sedarah dengan mereka. Hal ini memiliki tujuan agar kaumnya mau menuju jalan kebenaran. Karena itulah ia diangkat menjadi rasul Allah yang diutus bagi kaumnya sendiri. Nabi Syu’aib yang saat itu memiliki beberapa pengikut, mulai mendapat ejekan kasar dari kaum lain. Bahkan ada yang menganggapnya sebagai penyihir dan pesulap ulung.
Balasan Allah

Nabi Syu’aib mengerti bahwa kaumnya telah ditutup hatinya. Ia berdoa kepada Allah agar diturunkan azab pada kaum Madyan. Allah mengabulkan doa Syu’aib dan menimpakan azab melalui beberapa tahap.Kaum Madyan pada awalnya diberi siksa Allah melalui udara panas yang membakar kulit dan membuat dahaga. Saat itu, pohon dan bangunan tidak cukup untuk tempat berteduh mereka. Namun, Allah memberikan gumpalan awan gelap untuk kaum Madyan. Kaum Madyan pun menghampiri awan itu untuk berteduh sehingga mereka berdesak-desakan dibawah awan itu. Hingga semua penduduk terkumpul, Allah menurunkan petir dengan suaranya yang keras di atas mereka. Saat itu juga Allah menimpakan gempa bumi bagi mereka, menghancurkan kota dan kaum Madyan.

Misteri Candi Borobudur


Candi Borobudur dari Kebudayaan yang Telah Musnah di Jaman Lalu, Mirip dengan keadaan jaman terdahulu, beberapa peradaban yang musnah dan masih di perlihatkan sisa-sisa, maka candi borobudur ini juga pernah ‘musnah’ hingga ditemukan kembali, mengutip wikipedia, Borobudur

Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. stupaDunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia…..

Borobudur diterlantarkan
Meletusnya Gunung Merapi diduga sebagai penyebab utama diterlantarkannya Borobudur. Borobudur tersembunyi dan terlantar selama berabad-abad terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar sehingga Borobudur kala itu benar-benar menyerupai bukit. Alasan sesungguhnya penyebab Borobudur ditinggalkan hingga kini masih belum diketahui. Tidak diketahui secara pasti sejak kapan bangunan suci ini tidak lagi menjadi pusat ziarah umat Buddha. Pada kurun 928 dan 1006, Raja Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaan Medang ke kawasan Jawa Timur setelah serangkaian letusan gunung berapi; tidak dapat dipastikan apakah faktor inilah yang menyebabkan Borobudur ditinggalkan, akan tetapi beberapa sumber menduga bahwa sangat mungkin Borobudur mulai ditinggalkan pada periode ini. Bangunan suci ini disebutkan secara samar-samar sekitar tahun 1365, oleh Mpu Prapanca dalam naskahnya Nagarakretagama yang ditulis pada masa kerajaan Majapahit. Ia menyebutkan adanya “Wihara di Budur”.

Penemuan kembali

Setelah Perang Inggris-Belanda dalam memperebutkan pulau Jawa, Jawa dibawah pemerintahan Britania (Inggris) pada kurun 1811 hingga 1816. Thomas Stamford Raffles ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, dan ia memiliki minat istimewa terhadap sejarah Jawa. Ia mengumpulkan artefak-artefak antik kesenian Jawa kuno dan membuat catatan mengenai sejarah dan kebudayaan Jawa yang dikumpulkannya dari perjumpaannya dengan rakyat setempat dalam perjalanannya keliling Jawa. Candi BorobudurPada kunjungan inspeksinya di Semarang tahun 1814, ia dikabari mengenai adanya sebuah monumen besar jauh di dalam hutan dekat desa Bumisegoro. Karena berhalangan dan tugasnya sebagai Gubernur Jenderal, ia tidak dapat pergi sendiri untuk mencari bangunan itu dan mengutus H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan bangunan besar ini. Dalam dua bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya menebang pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur dan membersihkan lapisan tanah yang mengubur candi ini. Karena ancaman longsor, ia tidak dapat menggali dan membersihkan semua lorong. Ia melaporkan penemuannya kepada Raffles termasuk menyerahkan berbagai gambar sketsa candi Borobudur. Meskipun penemuan ini hanya menyebutkan beberapa kalimat, Raffles dianggap berjasa atas penemuan kembali monumen ini, serta menarik perhatian dunia atas keberadaan monumen yang pernah hilang ini.

Hartmann, seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda di Keresidenan Kedu meneruskan kerja Cornelius dan pada 1835 akhirnya seluruh bagian bangunan telah tergali dan terlihat. Minatnya terhadap Borobudur lebih bersifat pribadi daripada tugas kerjanya. Hartmann tidak menulis laporan atas kegiatannya; secara khusus, beredar kabar bahwa ia telah menemukan arca buddha besar di stupa utama.Pada 1842, Hartmann menyelidiki stupa utama meskipun apa yang ia temukan tetap menjadi misteri karena bagian dalam stupa kosong.stupa_borobudur

Pemerintah Hindia Belanda menugaskan F.C. Wilsen, seorang insinyur pejabat Belanda bidang teknik, ia mempelajari monumen ini dan menggambar ratusan sketsa relief. J.F.G. Brumund juga ditunjuk untuk melakukan penelitian lebih terperinci atas monumen ini, yang dirampungkannya pada 1859. Pemerintah berencana menerbitkan artikel berdasarkan penelitian Brumund yang dilengkapi sketsa-sketsa karya Wilsen, tetapi Brumund menolak untuk bekerja sama. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menugaskan ilmuwan lain, C. Leemans, yang mengkompilasi monografi berdasarkan sumber dari Brumund dan Wilsen. Pada 1873, monograf pertama dan penelitian lebih detil atas Borobudur diterbitkan, dilanjutkan edisi terjemahannya dalam bahasa Perancis setahun kemudian.

Berdasarkan sejarah, candi-candi Jawa Tengah ditinggalkan, mengutip wikipedia, Wangsa Sailendra : Wangsa Sailendra atau Syailendra (Śailendravamśa) adalah nama wangsa atau dinasti raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya, pulau Sumatera; dan di Mdaŋ (Kerajaan Medang), Jawa Tengah sejak tahun 752. Sebagian besar raja-rajanya adalah penganut dan pelindung agama Buddha Mahayana. Meskipun peninggalan dan manifestasi wangsa ini kebanyakan terdapat di dataran Kedu, Jawa Tengah

Raja & Penduduk Mdaŋ


arca_borobudur

Raja & Penduduk Mdaŋ membangun borobudur Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 – 100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.

Sejarah yang Berulang


Entah mengapa kata ini mirip Madyan = Mdaŋ ?, kemudian penduduk madyan, Mereka menyembah berhala bernama al-Aykah, penduduk Madyan dan Aykah adalah kaum yang tinggal di pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai. madyanAykah ialah sebuah tempat yang berhutan di daerah Madyan, kemudian tempat itu dijadikan sesembahan oleh mereka, mereka menyembah sebidang tanah gurun yang ditumbuhi pepohonan. Dewa yang mereka sembah selain Aykah adalah Ba’al serta Asyera. Dikatakan bahwa Syuʿaib diutus oleh Allah kepada tiga kaum tersebut, yang kemudian dalam kisahnya mereka telah hancur karena bencana melalui do’a Syuʿaib. (baca Ajaib, Benarkah Candi Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman ?)

Madyan atau Midian (Arab: مدين, Madyan; bahasa Ibrani: מִדְיָן, Madyan; bahasa Yunani: Μαδιάμ, “Μαδιανίτης”, Madianites, untuk orang Midian, bahasa Inggris: Midian) adalah sebuah tempat geografis yang disebutkan di dalam Alkitab Ibrani, Alkitab Kristen, Injil dan Al-Qur’an. Madyan diyakini terletak disebelah barat laut Hijaz dipantai timur dari Teluk Aqaba[ dan ke arah utara Laut Merah,tepatnya di daerah al-Bada’.Madyan atau Midian (Arab: مدين, Madyan; bahasa Ibrani: מִדְיָן, Madyan; bahasa Yunani: Μαδιάμ, “Μαδιανίτης”, Madianites, untuk orang Midian, bahasa Inggris: Midian) adalah sebuah tempat geografis yang disebutkan di dalam Alkitab Ibrani, Alkitab Kristen, Injil dan Al-Qur’an. Madyan diyakini terletak disebelah barat laut Hijaz dipantai timur dari Teluk Aqaba dan ke arah utara Laut Merah,tepatnya di daerah al-Bada’.

Bagaimana dengan borobudur ? : Pohon Bodhi (Ficus religiosa L., suku ara-araan atau Moraceae) adalah pohon yang dikenal dalam agama Buddha sebagai tempat Sang Buddha Gautama bersemedi dan memperoleh pencerahan.di bawah pohon ini Siddhartha Gautama, guru rohani yang kemudian dikenal sebagai “Gautama Buddha”, dikatakan bersemedi sampai menerima pencerahan (enlightenment), atau Bodhi. Dalam ikonografi agamawi, pohon Bodhi dikenali dari daunnya yang berbentuk hati, dan biasanya ditunjukkan dengan nyata. Pohon-pohon Bodhi biasanya ditanam di dekat setiap biara Buddha.Di Candi Borobudur terdapat pohon bodhi yang merupakan keturunan langsung dari pohon induk yang terdapat di Bodh Gaya, India, tempat Sang Buddha memperoleh pencerahan.

Memori yang Berulang


Sejarah Sebagai Memori Kerajaan Medang = Madyan = Mdaŋ ?, Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch. Pada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para ahli sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. kerajaan-medang-kamulanSementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch mengenai adanya dua wangsa kembar berbeda agama yang saling bersaing ini. Menurutnya hanya ada satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan keturunannya adalah anggota Sailendra juga. Ditambah menurut Boechari, melalui penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa, sebelum Panangkaran beralih keyakinan menjadi penganut Buddha Mahayana.

Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara.

Berdasarkan penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), artinya ia membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya,prasasti_canggal Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna adalah Sannaha, ibunda Sanjaya, artinya Sanjaya masih kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan bekas kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan adat dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah dan diduduki musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga harus pindah mencari tempat lain untuk membangun kraton baru.

  • Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu, Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita. Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun.

Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.

Runtuhnya Wangsa Sailendra

Berapa sejarawan berusaha menjelaskan berakhirnya kekuasaan Sailendra di Jawa Tengah mengaitkannya dengan kepindahan Balaputradewa ke Sriwijaya (Sumatera). Selama ini sejarawan seperti Dr. Bosch dan Munoz menganut paham adanya dua wangsa kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing; Sanjaya-Sailendra. Mereka beranggapan Sailendra yang penganut Buddha kalah bersaing dan terusir oleh wangsa Sanjaya yang Hindu aliran Siwa. Dimulai dengan adanya ketimpangan perekonomian serta perbedaan keyakinan antara Sailendra sang penguasa yang beragama Buddha dengan rakyat Jawa yang kebanyakan beragama Hindu Siwa, menjadi faktor terjadinya ketidakstabilan di Jawa Tengah Untuk memantapkan posisinya di Jawa Tengah, raja Samaratungga menikahkan putrinya Pramodhawardhani, dengan anak Garung, Rakai Pikatan yang waktu itu menjadi pangeran wangsa Sanjaya Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram, menggantikan agama Buddha. Rakai Pikatan bahkan menyerang Balaputradewa, yang merupakan paman atau saudara Pramodhawardhani. Sejarah wangsa Sailendra berakhir pada tahun 850, yaitu ketika Balaputradewa melarikan diri ke Suwarnadwipa yang merupakan negeri asal ibunya. Setelah terusirnya wangsa Sailendra dari Jawa Tengah, Munoz beranggapan berakhir pula kekuasaan Sriwijaya atas Jawa selama satu abad. Munoz beranggapan bahwa orang-orang Jawa pengikut Balaputradewa merasa terancam dan akhirnya menyingkir, mengungsi ke Jawa Barat untuk mendirikan kerajaan Banten Girang. Hal ini berdasarkan temuan arca-arca bergaya Jawa Tengahan abad ke-10 di situs Gunung Pulasari, Banten Girang.

Sementara itu, sejarawan seperti Poerbatjaraka dan Boechari percaya bahwa hanya ada satu wangsa yaitu Sailendra, dan tidak pernah disebutkan Sanjayavamça dalam prasasti apapun. Sanjaya dan keturunannya dianggap masih masuk dalam wangsa Sailendra. Secara tradisional, selama ini kurun kekuasaan Sailendra dianggap berlangsung antara abad ke-8 hingga ke-9 Masehi, dan hanya terbatas di Jawa Tengah, tepatnya di Dataran Kedu, dari masa kekuasaan Panangkaran hingga Samaratungga. Hal ini sesuai dengan penafsiran Slamet Muljana yang menganggap Panangkaran sebagai Raja Sailendra pertama yang naik takhta. Akan tetapi penafsiran paling mutakhir berdasarkan temuan Prasasti Sojomerto serta kelanjutan Sailendra di Sriwijaya mengusulkan; bahwa masa kekuasaan wangsa Sailendra berlangsung jauh lebih lama. Dari pertengahan abad ke-7 (perkiraan dituliskannya Prasasti Sojomerto), hingga awal abad ke-11 masehi (jatuhnya wangsa Sailendra di Sriwijaya akibat serangan Cholamandala dari India). Dalam kurun waktu tertentu, wangsa Sailendra berkuasa baik di Jawa Tengah maupun di Sumatra. Persekutuan dan hubungan pernikahan keluarga kerajaan antara Sriwijaya dan Sailendra memungkinkan bergabungnya dua keluarga kerajaan, dengan wangsa Sailendra akhirnya berkuasa baik di Kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah sekaligus di Sriwijaya, Sumatera.

Pindah Ke Jawa Timur & Petilasan


Pada kurun 928 dan 1006, Raja Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaan Medang ke kawasan Jawa Timur setelah serangkaian letusan gunung berapi; tidak dapat dipastikan apakah faktor inilah yang menyebabkan Borobudur ditinggalkan, akan tetapi beberapa sumber menduga bahwa sangat mungkin Borobudur mulai ditinggalkan pada periode ini. Sementara itu, dinasti ketiga yang berkuasa di Medang adalah Wangsa Isana yang baru muncul pada ‘’periode Jawa Timur’’. Dinasti ini didirikan oleh Mpu Sindok yang membangun istana baru di Tamwlang sekitar tahun 929. Dalam prasasti-prasastinya, Mpu Sindok menyebut dengan tegas bahwa kerajaannya adalah kelanjutan dari Kadatwan Rahyangta i Medang i Bhumi Mataram.

Permusuhan dengan Sriwijaya


Selain menguasai Medang, Wangsa Sailendra juga menguasai Kerajaan Sriwijaya di pulau Sumatra. Hal ini ditandai dengan ditemukannya Prasasti Ligor tahun 775 yang menyebut nama Maharaja Wisnu dari Wangsa Sailendra sebagai penguasa Sriwijaya. Hubungan senasib antara Jawa dan Sumatra berubah menjadi permusuhan ketika Wangsa Sanjaya bangkit kembali memerintah Medang. Menurut teori de Casparis, sekitar tahun 850–an, Rakai Pikatan berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa putra Samaragrawira. Balaputradewa kemudian menjadi raja Sriwijaya di mana ia tetap menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.

Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.

Peristiwa Mahapralaya


Mahapralaya adalah peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur berdasarkan berita dalam prasasti Pucangan. airlanggaTahun terjadinya peristiwa tersebut tidak dapat dibaca dengan jelas sehingga muncul dua versi pendapat. Sebagian sejarawan menyebut Kerajaan Medang runtuh pada tahun 1006, sedangkan yang lainnya menyebut tahun 1016.

Raja terakhir Medang adalah Dharmawangsa Teguh, cicit Mpu Sindok. Kronik Cina dari Dinasti Song mencatat telah beberapa kali Dharmawangsa mengirim pasukan untuk menggempur ibu kota Sriwijaya sejak ia naik takhta tahun 991. Permusuhan antara Jawa dan Sumatra semakin memanas saat itu. Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas. Tiga tahun kemudian, seorang pangeran berdarah campuran Jawa–Bali yang lolos dari Mahapralaya tampil membangun kerajaan baru sebagai kelanjutan Kerajaan Medang. Pangeran itu bernama Airlangga yang mengaku bahwa ibunya adalah keturunan Mpu Sindok. Kerajaan yang ia dirikan kemudian lazim disebut dengan nama Kerajaan Kahuripan.

Kerajaan Kahuripan & Borobudur


Kahuripan adalah nama yang lazim dipakai untuk sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Airlangga pada tahun 1009. Kerajaan ini dibangun sebagai kelanjutan Kerajaan Medang yang runtuh tahun 1006.

Runtuhnya Kerajaan Medang


Raja Kerajaan Medang yang terakhir bernama Dharmawangsa Teguh, saingan berat Kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 1006 Raja Wurawari dari Lwaram (sekutu Sriwijaya) menyerang Watan, ibu kota Kerajaan Medang, yang tengah mengadakan pesta perkawinan. Dharmawangsa Teguh tewas, sedangkan keponakannya yang bernama Airlangga lolos dalam serangan itu. Airlangga adalah putera pasangan Mahendradatta (saudari Dharmawangsa Teguh) dan Udayana raja Bali. Ia lolos ditemani pembantunya yang bernama Narotama. Sejak saat itu Airlangga menjalani kehidupan sebagai pertapa di hutan pegunungan (wonogiri).

Airlangga Mendirikan Kerajaan


Pada tahun 1009, datang para utusan rakyat meminta agar Airlangga membangun kembali Kerajaan Medang. Karena kota Watan sudah hancur, maka, Airlangga pun membangun ibu kota baru bernama Watan Mas di dekat Gunung Penanggungan. Pada mulanya wilayah kerajaan yang diperintah Airlangga hanya meliputi daerah Gunung Penanggungan dan sekitarnya, karena banyak daerah-daerah bawahan Kerajaan Medang yang membebaskan diri. Baru setelah Kerajaan Sriwijaya dikalahkan Rajendra Coladewa raja Colamandala dari India tahun 1023. Airlangga merasa leluasa membangun kembali kejayaan Wangsa Isyana. Peperangan demi peperangan dijalani Airlangga. Satu demi satu kerajaan-kerajaan di Jawa Timur dapat ditaklukkannya. Namun pada tahun 1032 Airlangga kehilangan kota Watan Mas karena diserang oleh raja wanita yang kuat bagai raksasa. Airlangga kemudian membangun ibu kota baru bernama Kahuripan di daerah Sidoarjo sekarang. Musuh wanita dapat dikalahkan, bahkan kemudian Raja Wurawari pun dapat dihancurkan pula. Saat itu wilayah kerajaan mencakup hampir seluruh Jawa Timur. (baca Ajaib, Benarkah Candi Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman ?)

Sidoarjo Terdapat Petilasan Borobudur


Entah mengapa sejarah meninggalkan jejak, ketika Airlangga membangun kerajaan, maka daerah sidoarjo terdapat daerah yang disebut kecamatan Candi & Buduran, kata Budur yang dalam Sansekerta berarti Biara. Kata Budur yang berarti biara ini bisa kita lihat dari kata Borobudur yang berarti biara yang tinggi (Boro: tinggi, Budur: Biara). Bila kata Budur ber-lingua franca dengan biara, maka Buduran berarti sebuah komplek berkumpulnya satu atau lebih biara. Dengan kata lain Kecamatan Buduran di masa Jenggala adalah pemukiman bagi pemuka-pemuka agama.(baca Ajaib, Benarkah Candi Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman ?)

Fakta-Fakta Candi Borobudur


candi_borobudur_22_44Mengutip media online, 4 Fakta Unik Candi Borobudur : Misteri Nama Borobudur, Gubernur Jenderal Britania Raya, Thomas Stamford Raffles yang berjasa mengarahkan perhatian dunia pada susunan batu bergambar yang tersebar di daerah Kedu — lokasi Borobudur menurut legenda Jawa. Hingga batu-batu yang sebagian besar telah terkubur di bawah gundukan tanah dan ditumbuhi semak belukar itu kemudian digali pada 1814. Dia lantas menuliskan laporan temuannya itu lewat buku The History of Java pada 1817. Dan lewat buku itu pula nama Borobudur pertama kali dituliskan. Tak banyak yang diketahui tentang asal-usul nama tersebut. Hingga kini pun masih misterius. Namun situs Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat, pada zaman dahulu di sekitar Candi Borobudur tumbuh subur pohon budur. Budur diartikan sebagai pohon bodhi atau pohon kehidupan. Di samping itu, Raffles juga disebut memiliki 3 versi arti dari nama Borobudur. Yakni, budur yang kuno (Boro= kuno, budur= nama tempat), lalu Sang Buddha yang agung (Boro= agung, budur= Buddha), dan Buddha yang banyak (Boro= banyak, budur= Buddha) Sementara ahli Jawa Kuno, Poerbatjaraka disebutkan memiliki pendapat lain tentang arti nama Borobudur. Menurut dia, Borobudur berasal dari kata biara (tempat suci atau kuil) dan bidur yang berarti tempat tinggi. Kedua kata itu bermakna kuil di tempat yang tinggi. Atau biara di Budur (Budur=nama tempat/desa).

Disebut dalam Kitab Nagarakertagama : Nama Borobudur juga disebut dalam kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca 1365 Masehi. Dalam kitab itu diceritakan tentang adanya bangunan suci agama Buddha dari aliran Wajradhara yang disebut sebagai budur. Laman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud menyebutkan, sampai saat ini kata budur hanya dipakai oleh masyarakat pedesaan yang bertempat tinggal di wilayah Borobudur. Karena itu kata budur yang disebut dalam kitab Negarakertagama diperkirakan adalah Candi Borobudur. Nagarakertagama bercerita tentang kehidupan pada zaman Kerajaan Majapahit. Kitab yang ditulis di atas pelepah lontar itu sendiri kini telah diakui oleh Badan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB atau UNESCO sebagai warisan dokumenter ingatan dunia (Memory of the World).

Mengapa Ditinggalkan? : Hingga saat ini belum ada yang bisa menjawab alasan mengapa Borobudur ditinggalkan hingga akhirnya terkubur dalam tanah sebelum ditemukan kembali oleh Raffles. Sebagian menduga, candi tersebut ditinggalkan karena bencana letusan Gunung Merapi. Borobudur memang terletak di lokasi istimewa. Diapit 2 pasang gunung, Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur serta Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara. Juga Pegunungan Menoreh di sebelah selatan. Selain itu Borobudur juga terletak di antara 2 sungai, Progo dan Elo. Pun begitu dengan asal batu-batu besar penyusun Borobudur yang masih misterius. Tak diketahui pasti dari mana batu tersebut didapatkan

Danau Purba : Seniman dan pakar arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp mengajukan teori kontroversial pada 1931. Dia menyebut, daratan Kedu dulunya adalah sebuah danau purba. Menurut dia, Borobudur merupakan perlambang bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau. Saat itu, hipotesa ini menjadi perdebatan hangat di kalangan para ilmuwan. Sementara Van Bemmelen dalam bukunya The Geology of Indonesia menyebutkan, batu-batuan hasil letusan besar pada 1006 telah menutupi danau di Borobudur hingga menjadi kering. Material vulkanik itu pula yang diduga menutupi candi tersebut hingga dilupakan sebelum ditemukan kembali. (baca Ajaib, Benarkah Candi Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman ?)


cover_surat_44Sebagai peninggalan dunia dan dikenal seluruh manusia indonesia, maka borobudur adalah tinggalan sejarah yang teramat penting dan di kenang dari generasi ke generasi, Jika A=1, B=1 … CANDI membentuk 22 dan BOROBUDUR membentuk 44 seperti yang tergambar diatas, maka sebuah ke-ajaiban terjadi, yaitu memori al-quran surat ke 44 Surah Ad-Dukhan الدّخان Kabut berisi 59 ayat membentuk pola 22 sebagai salah satu dari tujuh surat yang memiliki pola ini yaitu 4+4+5+9=22

Di dalam Al-quran, pola 22 ini hanya terdapat pada tujuh surat saja, seperti terlihat pada tabel dibawah ini
dan kesemua makna membentuk kemusnahan (iktibar dari borobudur),satu tujuh yang tercatat pada Al-Quran memiliki pola 22, Semuanya berbicara tentang akhir jaman: “dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur”. (Qs 22:7) ” Kemudian Jumlah 7 surat yang berpola 22 adalah 154, ” Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan. (QS 15:4)” Bukti tentang hal ini terjadi pada tahun 2014, Gempa Kembar Jepang & China terjadi di tgl-bln kembar yaitu 22-11-2014
Jika A=1, B=2 … BOROBUDURMAGELANG=176, Makna 176 pada Candi Borobudur adalah pecahan dari 99 dan 77, mengacu pada tujuh_surat_22sebuah 99 yang hanya di miliki oleh sebuah surah di al-quran yakni, Perhatikan Surat Al-Hijr, mengutip wikipedia, Surah Al-Hijr Sebuah surah Al-qur’an al-hijir ayat 77: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman. (QS 15 ayat 77), Berkaca pada ayat sebelumnya: 76. Dan sungguh, negeri itu * benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia)**
*Yang dimaksud negeri di sini adalah kota Sadom yang terletak dekat pantai laut Tengah, ** Yakni dilalui orang-orang Quraisy ketika pergi menuju Syam yang belum hilang bekas-bekasnya. Oleh karena itu, mengapa mereka tidak mengambil pelajaran. 77. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang yang beriman,  Memori yang Berulang di Timur Tengah dan di Indonesia, sebagai bagian dari peringatanNya

Ada apa dengan 11, 22 Apakah maksud ini semua ? Sejarah yang Berulang, Ada apakah selanjutnya ?

SIMBOL KEMBAR MENGINGATKAN


gunung_merapi_meletus_dahsyat_26_10_2010Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan Inilah Bukti Kiamat Sudah Dekat . Tulisan tsb menceritakan kejadian demi kejadian besar dalam rentang tahun 2004 (Tsunami Aceh) , 2006 sampai 2010, yang secara tragis tahun 2010 ditandai dengan letusan merapi yang menewaskan tokoh dalam fokus bahasan di situs ini sebagai bahan renungan.
Tahun 2010 berulang tahun 2014 sebagia renungan untuk semua pihak akan kekuasaan Allah swt yang meliputi segalanya

Gunung Merapi Meletus dan Gunung Kelud Meletus sebuah kenyataan

gunung_merapi_dan_gunung_kelud_meletus_22_kebetulankah_Dua gunung di tanah jawa sebagai pusat perhatian nasional dan internasional, memberikan renungan ketika tgl-bln-tahun-jam-menit meletus gunung tsb membentuk sebuah simbol 22. Sebuah simbol yang unik ketika sebuah dua gempa juga terjadi dalam simbol 22 yang unik

Gempa Yogya 27 mei 2006 dan Gempa TasikMalaya, Nyata Mirip

Kesemua kisah perjalanan kiamat sudah dekat selengkapnya yang memuat tulisan diatas, dapat dibaca di Inilah Kebetulankah_22_gempa_yogya_27_mei_2006_dan_gempa_tasikmalaya_2_9_2009_Bukti Kiamat Sudah Dekat, kini tahun terus berjalan menapaki tahun 2011 keatas. Perjalanan kiamat sudah dekat tahun 2011 ini sungguh sangat dramatis, karena tahun 2011 yang dapat pula disebut tahun dua ribu sebelas, yang dengan SEBELAS itulah sebagai sebuah warning yang dituliskan sebelumnya (baca Bacalah 29, Jakarta Telah Diperingatkan) Tulisan yang memperingatkan akan datangnya gempa besar beberapa saat sebelum gempa padang terjadi tgl 30 september 2009.

Sebuah Gempa yang paling dikenang pada tahun 2011 membentuk sebuah simbol 22 seperti pada tulisan sebelumnya (baca Inilah Bukti Kiamat Sudah Dekat) merupakan Gempa yang telah dituliskan sebelum terjadinya, sehingga menjadi renungan akan sebuah 22 yang tertulis dengan jelas akan arti gempa dahsyat ini, tercatat pada ayat suci al-quran surat 22 ayat 1, bahwa gempa jepang 11 maret 2011 merupakan sebuah miniatur kiamat yang kecil dari yang besar.

  • Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar .

Hal ini (gempa jepang yang terjadi 11 maret 2011/ tgl kembar dan tahun kembar) merupakan sebuah miniatur yang telah ditampakkan olehNya dan pernah dituliskan akan sebuah warning

  • WASPADA DENGAN YANG KEMBAR, lihat email yang mencatat tanggal penyimpanan cek disini, : Tulisan WASPADA YANG KEMBAR bersamaan dengan lumpur lapindo meledak tgl 22/11/2006, hingga memunculkan lafaz Allah swt

ANGKA 22 ADALAH PENGINGAT AKAN KIAMAT YANG AKAN DATANG


Sebuah angka 22 yang terjadi adalah sebuah pengingat akan surat ke 22 dalam kitab suci al-quran yaitu surat al-hajj ayat 1 dan 2, dimana Allah swt berfirman:

  • “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar . pada hari kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.”

MENGAPA MERAPI, TSUNAMI JEPANG, KELUD , MH 370 Hilang MEMBENTUK POLA YANG SAMA (22) ?


  1. Sebuah ajakan sebagai ingatan 22 itu yakni untuk kembali kepada ajaran suci yaitu al-qur’an dengan ingatan bahwa, Wahyu Diturunkan 22 tahun 2 bulan dan 22 hari
  2. Sebuah memori ingatan akan lafal Allah swt yang terekam dalam sebuah foto tepat tgl 22-11-2006, dimana lumpur lapindo meledak
  3. Sebuah doa 22 yang dipanjatkan untuk mengingatkan bangsa agar memurnikan ajaran tauhid agar selamat di dunia dan akhirat, Sebuah inspirasi muncul yang disebabkan keprihatinan masalah ini, berikut doa tersebut, perhatikan posting yang tidak dapat diubah (http://groups.yahoo.com/neo/groups/the_untold_stories/files) jika ingin cek harus login dengan email yahoo yang tercatat 9 desember 2006
    doa_22

Klik Penjelasan berikutnya

Halaman 1

Berikutnya Halaman Ke 2: …

sebelumnya

Apa yang Terjadi Setelah itu Semua ?

berikutnya